Ya, ini mungkin ke-kangen-an tingkat
dewa yang pernah saya rasakan…
Memang, daerah yang saya tempati sekarang,
tidak jauh dari daerah kelahiran saya. Hanya membutuhkan sekitar 2 jam jalur
udara dan (kira-kira) 1 hari jalur laut. Tapi rasa ini membuat nafsu makan saya
(sempat) menurun – begitu juga dengan berat badan saya :’)
Sebenarnya disini (bisa dikatakan)
surganya para pecinta keindahan bawah laut, pantai yang memesona, tempat yang
nyaman, aman, tenteram, penduduknya yang ramah dan tidak adanya kemacetan yang
akan kita temui di kota-kota besar. (yeeeeeeeeeyyyyyy *backsound sorak*).
Tapi tetap saja,
saya tidak akan menghilangkan kecintaan saya pada tanah kelahiran saya yang
sudah menjadi kota metropolitan. (wuuuuuuuuuuu *bunyi backsound lagi*).
Baiklah… tanpa perlu basa-basi
(yang nanti malah jadi basi), saya akan bercerita, dgn siapa saja saya
merasakan ke-kangen-an ini.
1. Daerah
kelahiran – Walaupun keindahan dan ketentaraman kota saya lahir dgn kota yg
saya tinggali sekarang berbeda, tapi tetap saja saya akan merasakan kenyamanan
berada di kota lahir saya.
2. Orang
tua – Walaupun saya bukan anak rumahan dan juga bukan anak jalanan, apalagi
saya bukan anak tongkrongan, saya sangat merindukan mereka yang selalu ada
untuk saya – terutama ibunda – yang masakannya selalu saya komentari. Dan juga
mereka selalu ada tiap acapkali saya memerlukan materi, uang! Ya – uang. JRENGGGGG!!!!*backsound*
“Bunda tolong saya…saya butuh uang untuk hura-hura”. PLAKKKK!!!!!*tamparan
keras* “DASAR ANAK TENGILLL!! AJO PEGILAH MIKAK. BUNDO DK SANGGUP MIARA MIKAK
LAGI”
3. Adik-adik
dan saudara-saudara – adik saya itu, umm… cantik? Ya, cantik. Putih? Iya.
Entahlah, selain cantik dan putih (mungkin bagi sebagian org cukup
menggemaskan), dia tdk terlalu istimewa buat saya(bukan krn saya sirik dgn
dia). Tapi saya sgt me-ngangeni-nya. Lalu ada neneknda tercinta yang bisa
menyulap berbagai jenis benda menjadi masakan yang lezat. Contohnya sandal yg
bisa disulap menjadi rendang misalnya, jadi dendeng atau apalah… yang pasti
nenek jagok. Trs ada tante-tante saya yang…. Ya…yang baik, pelit, tapi baik
hati. Dan mereka telah memberikan saya adik-adik sepupu yang lucu. Yang sangat
saya sayangi. Yang selalu saya cubiti sepenuh tenaga kalau saya sedang
menggelora gemas tingkat lagit tujuh. Yang saya tarik-tarik kalau mereka sedang
bandel-bandelnya. Dan akan saya marahi kalau mereka bermain bola yang bolanya
sampe jatuh ke got.
4. Teman-teman
saya
Pada bagian ini,
saya akan membagi teman saya kedalam beberapa subab bagian.
Ada teman semasa
sekolah SMA. Dulu saya akrab sama cowok-cowok (yang banyak dianggap orang,
mereka adalah gey (gay)) lucu, cakep dan baik dengan saya. Ada juga teman
perempuan saya yg sekarang sudah berada jauh dari daerah kelahirannya, yang
biasa dipanggil “jinbotol” oleh teman-teman cowok saya. Krn ke-akrab-an saya
dgn cowok-cowok (yg hina) itu, cowok pincutan saya disekolah jadi enggan pincut
sama saya. Tapi saya sadar, dia tdk cukup keren buat saya. Tapi dia cukup
pintar utk tdk pincut dgn saya.
Teman saya dari
kecil, she’s my neighbor during 15 years more (aduh, bener gak itu padanan kata
in English nya?). orangnya chubby, lucu, dirumah punya hobby menggosok pakaian,
dan ramah terhadap siapa pun. Tapi, krn sering ketemu, bukannya kangen dgn dia.
Cuma mau memperkenalkan kepada pembaca disini. J
*berbinar*
Teman kuliah
saya, yang tidak perlu saya sebutkan satu persatu. Betapa kangen ini terasa
menusuk-nusuk didada ( ceileee ). Jika diantara kalian yang membaca ini, kalian
harus merasa kalau ini tertuju buat kalian. Percaya saya kan, teman-teman? Kalian
memang harus percaya.
Karna kalian
memang istimewa. Kebersamaan, tawa, canda, kekecewaan, pertikaian,
semunafik-kan, se…se…se… semuanya tdk akan terulang lagi, teman. Okelah… Mungkin ditulisan selanjutnya, saya akan
membahas kalian satu per satu (tapi kalau kalian sudah membaca ini). Dan jika
saya sudah tdk sibuk dengan urusan (ehem) kantor saya.
Orang kantoran sekarang?
(BAHAAHAHAHAHA…)
*ketawa ngakak sambil muter-muter di kursi rotasi* Ya, saya orang kantoran yg
pailid setoran (gaji).
Teman
sepermainan dan sehoby – ya, saya disini agak sedikit bingung. Saya bingung
karna saya sedikit melupakan nama-nama teman dalam kategori ini. Tapi saya
mengingat wajah-wajah kalian. Wajah kalian yang penuh semangat, yang penuh
canda tawa, yang saling menyemangati, yang selalu berbagi (susah), dan juga
yang memberi lelucon konyol yang sebenernya tidak patut diucap (tapi itu sangat
lucu).
Teman mengaji – kalian
dimana? Saya tidak melihat kalian. Tolong tunjukkan tampang kalian –
tolongggggg… *sambil memelas* lalu berguling-guling ditanah.
5. Someone
special – Ehem.. (berdehem dalam sejenak) tolong beri saya waktu. Saya
merasakan getaran yang berbeda ketika saya ketik “someone special” (ciattciiaaatttt).
Dia cukup sabar menghadapi saya, tapi dia cukup melatih kesabaran saya. Dia
cukup memukau buat saya (dan mungkin sebagian perempuan normal yg
memandangnya), tp saya cukup sederhana untuk dia. Dia memberikan kenyamanan
buat saya, saya memberikan ketulusan untuk dia. (CUUTTTTTTTT!!!!). Saya rasa
cukup. Mungkin sama seperti nomor 4 tadi, saya akan bahas someone special di
edisi selanjutnya (kalau dia sudah membaca ini).
Terkadang saya menyalahkan waktu.
Mengapa terkadang waktu begitu cepat tapi terkadang begitu lambat? Apa saya
harus menyalahkan semua teori relativitas? Apa saya harus menyalahkan Enstein?
Apa saya harus menyalahkan keadaan? Apa saya harus menyalahkan rumput yang
bergoyang? Tidak – saya akan tetap membiarkan rumput bergoyang seirama
dendangan angin yang beraliran koplo.
Saya sadar, kenangan memang kejam
karna dia tidak akan bisa mengajak saya dan yang lainnya kembali ke kenangan
itu. Tapi terkadang, kenangan akan sangat baik jika kita mengingatnya bersama.
Kenangan akan menuntun kita untuk sekedar mengingat hal-hal yang (bagi kita
luar biasa) ingin kita ingin.
Buat kalian yang membaca ini, kalian wajib merasa kalau tulisan saya ini memang tertuju buat kalian.